Suku Tidung
KAUM SUKU TIDUNG
SUKU TIDUNG
Suku Tidung
Merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian utara kalimantan timur. Suku ini juga merupakan anak negeri di Sabah, jadi merupakan suku bangsa yang terdapat di indonesia maupun malaysia (negeri Sabah). Suku Tidung semula memiliki kerajaan yang disebut Kerajaan Tidung. Tetapi akhirnya punah karena adanya politik adu domba oleh pihak Belanda.
Suku Tidung |
---|
Jumlah populasi |
kurang lebih 235.000(Indonesia),58.000(Malaysia)
|
Kawasan dengan populasi yang signifikan |
Kabupaten Malinau, Kabupaten Tana Tidung, Kota Tarakan, Kalimantan Timur:235.000 |
Bahasa |
Tidung, Indonesia |
Agama |
Islam |
Kelompok etnik terdekat |
Suku Dayak |
Silsilah Raja Tidung Kuno
A. Riwayat
Berdasarkan silsilah (Genealogy) yang ada bahwa, bahwa dipesisir timur pulau Tarakan yakni, dikawasan binalatung sudah ada Kerajaan Tidung kuno (The Ancient Kingdom of Tidung), kira-kira tahun 1076-1156. Kemudian berpindah kepesisir barat pulau Tarakan yakni, dikawasan Tanjung Batu, kira-kira pada tahun 1156-1216. Lalu bergeser lagi, tetapi tetap dipesisir barat yakni, kekawasan sungai bidang kira-kira pada tahun 1216-1394. Setelah itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari pulau Tarakan yakni, kekawasan Pimping bagian barat dan kawasan Tanah Kuning, yakni, sekitar tahun 1394-1557.
Dari riwayat-riwayat yang terdapat dikalangan suku Tidung tentang kerajaan yang pernah ada dan dapat dikatakan yang paling tua diantara riwayat lainnya yaitu dari Menjelutung di Sungai Sesayap dengan rajanya yang terakhir bernama Benayuk. Berakhirnya zaman kerajaan Menjelutung karena ditimpa malapetaka berupa hujan ribut dan angin topan yang sangat dahsyat sehingga mengakibatkan perkampungan di situ runtuh dan tenggelam kedalam air (sungai) berikut warganya. Peristiwa tersebut dikalangan suku Tidung disebut Gasab yang kemudian menimbulkan berbagai mitos tentang Benayuk dari Menjelutung.
B. Silsilah
- Benayuk yang berlangsung +/- 35 musim. Perhitungan musim tersebut adalah berdasarkan hitungan hari bulan (purnama) yang dalam semusim terdapat 12 purnama. Dari itu maka hitungan musim dapat disamakan +/- dengan tahun Hijriah.
- Yamus (Si Amus) yang bermukim di Liyu Maye mengangkat diri sebagai raja yang kemudian memindahkan pusat pemukiman ke Binalatung (Tarakan). Yamus memerintah selama 44 (empat puluh empat) musim,
- Ibugang (Aki Bugang), Ibugang beristrikan Ilawang (Adu Lawang) beranak tiga orang. Dari ketiga anak ini hanya seorang yang tetap tinggal di Binalatung yaitu bernama Itara, yang satu ke Betayau dan yang satu lagi ke Penagar. Ibugang wafat setelah mmerintah selama 22 (dua puluh dua) musim.
- Itara yang memerintah selama 29 (dua puluh sembilan) musim. Anak keturunan Itara yang bernama Ikurung kemudian meneruskan pemerintahan dan memerintah selama 25 (dua puluh lima) musim.
- Ikurung beristrikan Puteri Kurung yang beranakkan Ikarang yang kemudian menggantikan ayahnya yang telah wafat. Ikarang memerintah selama 35 (tiga puluh lima) musim di Tanjung Batu (Tarakan).
- Karangan adalah Raja selanjutnya yang bristrikan Puteri Kayam (Puteri dari Linuang Kayam) yang kemudian beranakkan Ibidang.
- Bengawan yang diriwayatkan sebagai seorang raja yang tegas dan bijaksana dan wilayah kekuasaannya di pesisir melebihi batas wilayah pesisir Kabupaten Bulungan sekarang yaitu dari Tanjung Mangkaliat di selatan kemudian ke utara sampai di Kudat (Sabah, Malaysia). Diriwayatkan pula bahwa Raja Bengawan sudah menganut Agama Islam dan memerintah selama 44 (empat puluh empat) musim.
- Itambu, memerintah selama 20 (dua puluh) musim.
- Aji Beruwing Sakti memerintah selama 30 (tiga puluh) musim.
- Aji Surya Sakti memerintah selama 30 (tiga puluh) musim.
- Aji Pengiran Kungun yang memerintah selama 25 (dua puluh lima) musim.
- Pengiran Tempuad yang kemudian kawin dengan raja perempuan suku Kayan di Sungai Pimping bernama Ilahai. Pengiran Tempuad memerintah selama 34 (tiga puluh empat) musim.
- Aji Iram Sakti yang memerintah selama 25 (dua puluh lima) musim, pada masa ini raja berkedudukan di Pimping. Aji Iram Sakti mempunyai anak perempuan yang bernama Adu Idung. Setelah Aji Iram Sakti wafat kemudian digantikan oleh kemanakannya yang bernama Aji Baran Sakti yang beristrikan Adu Idang. Dari perkawinan ini lahirlah Datoe Mancang.
- Aji Baran Sakti memerintah selama 20 (dua puluh) musim.
- Datoe Mencang kemudian menggantikan ayahnya sebagai raja dan diriwayatkan bahwa masa pemerintahan Datoe Mencang adalah yang paling lama yaitu 49 (empat puluh sembilan) musim. Keturunan Datoe Mencang yang meneruskan pemerintahan adalah Abang Lemanak.
- Abang Lemanak memerintah selama 20 (dua puluh) musim dan pada masa ini raja berkedudukan di Baratan. Abang Lemanak kemudian digantikan oleh adik bungsunya yang bernama Ikenawai (seorang wanita).
- Ikenawai memerintah selama +/- 15 (lima belas) musim. Ikenawai bersuamikan Datoe Radja Laut keturunan Radja Suluk. Setelah memerintah selama +/- 15 (lima belas) musim pemerintahan kemudian diserahkan kepada suaminya. Selanjutnya Datoe Radja Laut memindahkan pusat pemerintahan di Pulau Tarakan.
Bahasa Tidung
Bahasa Tidung dialek Tarakan merupakan bahasa Tidung yang pertengahan karena dipahami oleh semua warga suku Tidung. Beberapa kata bahasa Tidung masih memiliki kesamaan dengan bahasa Kalimantan lainnya. Kemungkinan suku Tidung masih berkerabat dengan suku Dayak rumpun Murut (suku-suku Dayak yang ada di Sabah). Karena suku Tidung beragama Islam dan mengembangkan kerajaan Islam sehingga tidak dianggap sebagai suku Dayak, tetapi dikategorikan suku yang berbudaya Melayu (hukum adat Melayu) seperti suku Banjar, suku Kutai, dan suku Pasir.
Kosa kata Bahasa Tidung
Persamaan kosakata bahasa Tidung dengan bahasa-bahasa Kalimantan lainnya, misalnya :
- matonandow dalam bahasa Tidung sama dengan matanandau ( bahasa Ngaju) artinya matahari.
- bubuan dalam bahasa Tidung sama dengan bubuhan (bahasa Banjar) artinya keluarga, kerabat.
- taka dalam bahasa Tidung sama dengan takam (bahasa Maanyan) atau taka (bahasa Pasir) artinya kita.
Bahasa Tidung termasuk dalam "Kelompok Bahasa Tidung".
Kelompok Bahasa Tidung terdiri dari :
- Bahasa Tidung (tid)
- Bahasa Bulungan (blj)
- Bahasa Kalabakan (kve)
- Bahasa Murut Sembakung (sbr)
- Bahasa Murut Serudung (srk)
Bahasa Tidung
1.Bahasa Tidung
- 2 Wilayah penutur Bahasa Tidung
- 3 Peranan dan kedudukan Bahasa
- 4 Variasi Dialektis
- 5 Tradisi Lisan atau tertulis
- 6 Huruf yang dipakai
- 7 Kesultanan Sulu
- 8 Pranala luar
- 9 Referensi
- Bahasa Tidung (tid)
- Bahasa Bulungan (blj)
- Bahasa Kalabakan (kve)
- Bahasa Murut Sembakung (sbr)
- Bahasa Murut Serudung (srk)
- matonandow dalam bahasa Tidung sama dengan matanandau (bahasa Ngaju) artinya matahari.
- bubuan dalam bahasa Tidung sama dengan bubuhan (bahasa Banjar) artinya keluarga, kerabat.
- taka dalam bahasa Tidung sama dengan takam (bahasa Maanyan), ta'am (bahasa Abal), taka (bahasa Pasir) artinya kita.
Melayu | Tidung |
Kepala | Utok |
Rambut | Abuk |
Telinga | Telingo |
Hidung | Adung |
Pipi | Malo |
Mulut | Kabang |
Leher | Liog |
Perut | Tinay |
Tangan | Tendulu |
Kaki | Tanog |
kuku | Sandop |
Paha | Apa |
Lutut | Atut |
Pinggang | Awak |
Dada | Kubab |
Bapak | Yama |
Ibu | Ina |
Nenek | Yadu |
Kakek | Yaki |
Paman | Yujang |
Tante | Keminan |
Adik | Yadi |
Kakak | Yaka |
Keponakan | Yakon |
Cucu | Ingkupu |
Saudara | Pensulod |
Nenek Moyang | Yadu yaki |
Ipar | Yangu |
Menantu | Anak Iwan |
Mertua | Iwan |
Bahasa Tidung termasuk dalam "Kelompok Bahasa Tidung" salah satu bagian dari Kelompok Bahasa Dayak Murut.
Kelompok Bahasa Tidung terdiri :
Persamaan kosakata bahasa Tidung dengan bahasa-bahasa Kalimantan lainnya, misalnya :
Kamus Bahasa Tidung
A
B
C
D
E
F
abuk- rambut
abas-dahi
adung-hidung
adou-hari
adak-tawa
adok-cium
adui-aduh
abut-gigit
agis-pasir
ajuk-coblos
ando-bukan
andok-hajar
anduk-handuk
ansom-asam
ansip-jepit
antui-lempar
anting-anting-giwang
alu-pantat
atud-lutut
apa-paha
awak-pinggul
awou-bau
awoi-rotan
anak-anak
asu-anjing
alot-jarak
asol-asal
adil-adil
anak-anak
apui-api
ago-kabar
arob-arab
ago ne-kabarnya
ampo-dedak
amas-emas
ambin-gendong
ambi-tikar dari daun
baya-tempat
bagas-beras
bal-bola
bakas-babi
babol-susah diatur
babok-tumbuk
bariw-udara
bangot-kencang/lebat
bagat-berat
bakad-dibuka
bandas-lantai
bangkang-kangkang
bantut-waria, banci
balou-buta
badak-pecah
badit-bocor
banor-benar
basok-basah
bangos-basi
banta-terang
bantung-banting
bantong-tengah
bangun-hantu
balu-janda
baya-tempat/lokasi
baloi-rumah
basi-besi
bata-milik
bais-bagus
bangor-serak (suara)
bangkang-kangkang
badi-alat kelamin (perempuan)
bahil-nakal
barus-rakus
barow-rabun
bawod-ikatan
bajil-tembak
bambang-pukul
bekangkang-kangkangan
benajil-ditembak
beninit-di tarik
bebalu-duda/janda
benabok-di tumbuk
beguiling-berputar
bengaran-tuli
benantung-di banting
bedindang-beryanyi
begawou-berbau
beiluk-menari
belanga-panci
belingkor-keriting
bepujuk-bertiupan
beganak-melahirkan
begudan-berisi
begudu-berlinang
benadak-dibelah (kayu)
bengkulung-belakang
bengkitok-ketiak
benterawon-pengecut
beduang-bertambah
bekurang-berkurang
bekijat-berkedip
benuni-disembunyikan
berinut-perlahan
beringou-bodoh
beridok-kotoran
belanai-nibung (sejenis tumbuhan tradisional tidung)
belintung-pelangi
belimpung-bundar
belabi-berlebihan
bengalod-lalat
bengkulung-belakang
betagong-berpegang
beganak-melahirkan
begatan-keberatan
besapun-be ingus
benusai-di dayung
berua-tahlilan/arwahan
beyunon-gila
bebeyunon-gila-gila
bekabun-berkebun
bekutau-berdebu
benapos-bernapas
benambang-di pukul
benuntar-dilontarkan
besamput-meloncat, melompat
besiung-lesung pipit
belisun-berasap
beliyul-biola
bukat=putus
busai-dayung
buntar-lontar
bugow-semberautan
buat-panjang
busak-bunga
bur-bor
burut-buah zakar (laki-laki)
bungkar-bongkar
butak-botak
butu-alat kelamin laki-laki
busung-kualat
bugot-susah diatur
buni-sembunyi-
bulud-mancung
bulu-bambu
buyu-siri
bukat-putus (untuk tali/nilon)
bio-biar
bio nio-biarlah
bibik-bebek
binsin-bensin
binit-tarik
biawan-ribut
big-koper
bingkas-robek (untuk kertas)
binsang-kain robek ( untuk kain)
capot-cepat
ceramin-cermin
cucuk-cocok
cinta-cinta
candu-candu
dagu-bicara
dalan-jalan
dada-darah
dalom-dalam
dasam-hujan
dako-saya
dangan-teman
danang-kukus
darat-seret
daud-hulu
dalung-hilir
debengkulung-di belakang
denarat-diseret
delaki-laki-laki
dedusan-lapar
dedisau-dibawah
desawat-diatas
demanai-dimana
dino-nanti
disau-bawah
dilin-lilin
dudu-kamu
duwi-duri
duol-sakit
dualan-kesakitan
dunai-disitu
dumping-dompeng
dulung-ujung
dedulung-diujung
dulin-belakang
dedulin-dibelakang
enterisak-bermain lumpur
engabu-berkelahi
entelusuk-berselisih arah
enterabas-bertelanjang
fekiwan-memalukan
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
abuk- rambut abas-dahi adung-hidung adou-hari adak-tawa adok-cium adui-aduh abut-gigit agis-pasir ajuk-coblos ando-bukan andok-hajar anduk-handuk ansom-asam ansip-jepit antui-lempar anting-anting-giwang alu-pantat atud-lutut apa-paha awak-pinggul awou-bau awoi-rotan anak-anak asu-anjing alot-jarak asol-asal adil-adil anak-anak apui-api ago-kabar arob-arab ago ne-kabarnya ampo-dedak amas-emas ambin-gendong
ambi-tikar dari daun
| baya-tempat bagas-beras bal-bola bakas-babi babol-susah diatur babok-tumbuk bariw-udara bangot-kencang/lebat bagat-berat bakad-dibuka bandas-lantai bangkang-kangkang bantut-waria, banci balou-buta badak-pecah badit-bocor banor-benar basok-basah bangos-basi banta-terang bantung-banting bantong-tengah bangun-hantu balu-janda baya-tempat/lokasi baloi-rumah basi-besi bata-milik bais-bagus bangor-serak (suara) bangkang-kangkang badi-alat kelamin (perempuan) bahil-nakal barus-rakus barow-rabun bawod-ikatan bajil-tembak bambang-pukul bekangkang-kangkangan benajil-ditembak beninit-di tarik bebalu-duda/janda benabok-di tumbuk beguiling-berputar bengaran-tuli benantung-di banting bedindang-beryanyi begawou-berbau beiluk-menari belanga-panci belingkor-keriting bepujuk-bertiupan beganak-melahirkan begudan-berisi begudu-berlinang benadak-dibelah (kayu) bengkulung-belakang bengkitok-ketiak benterawon-pengecut beduang-bertambah bekurang-berkurang bekijat-berkedip benuni-disembunyikan berinut-perlahan beringou-bodoh beridok-kotoran belanai-nibung (sejenis tumbuhan tradisional tidung) belintung-pelangi belimpung-bundar belabi-berlebihan bengalod-lalat bengkulung-belakang betagong-berpegang beganak-melahirkan begatan-keberatan besapun-be ingus benusai-di dayung berua-tahlilan/arwahan beyunon-gila bebeyunon-gila-gila bekabun-berkebun bekutau-berdebu benapos-bernapas benambang-di pukul benuntar-dilontarkan besamput-meloncat, melompat besiung-lesung pipit belisun-berasap beliyul-biola bukat=putus busai-dayung buntar-lontar bugow-semberautan buat-panjang busak-bunga bur-bor burut-buah zakar (laki-laki) bungkar-bongkar butak-botak butu-alat kelamin laki-laki busung-kualat bugot-susah diatur buni-sembunyi- bulud-mancung bulu-bambu buyu-siri bukat-putus (untuk tali/nilon) bio-biar bio nio-biarlah bibik-bebek binsin-bensin binit-tarik biawan-ribut big-koper bingkas-robek (untuk kertas) binsang-kain robek ( untuk kain) | capot-cepat ceramin-cermin cucuk-cocok cinta-cinta candu-candu | dagu-bicara dalan-jalan dada-darah dalom-dalam dasam-hujan dako-saya dangan-teman danang-kukus darat-seret daud-hulu dalung-hilir debengkulung-di belakang denarat-diseret delaki-laki-laki dedusan-lapar dedisau-dibawah desawat-diatas demanai-dimana dino-nanti disau-bawah dilin-lilin dudu-kamu duwi-duri duol-sakit dualan-kesakitan dunai-disitu dumping-dompeng dulung-ujung dedulung-diujung dulin-belakang dedulin-dibelakang | enterisak-bermain lumpur engabu-berkelahi entelusuk-berselisih arah enterabas-bertelanjang |
fekiwan-memalukan
|
Kata ganti orang
Saya, aku = 'Dako'
Kau = 'Dudu'
Dia = 'Siye'
Kita = 'Taka'
Kami = 'Dame'
Kamu, engkau = 'Muyu'
mereka = 'ile'
Kau = 'Dudu'
Dia = 'Siye'
Kita = 'Taka'
Kami = 'Dame'
Kamu, engkau = 'Muyu'
mereka = 'ile'
Kategori Warna
Merah = Lia
Putih = Pulag
Hijau = Ijou
Kuning = Silow
Pink = Kesumbo
Hitam = Itom
Orange = Jingga
Putih = Pulag
Hijau = Ijou
Kuning = Silow
Pink = Kesumbo
Hitam = Itom
Orange = Jingga
Kategori Bagian Tubuh
Kepala = Utog
Rambut = Abuk
Telinga = Telingo
Hidung = Adung
Pipi = Malo
Mulut = Kabang
Leher = Liog
Perut = Tinay
Tangan = Tendulu
Kaki = Tanog
kuku = Sandop
Paha = Apa
Lutut = Atut
Pinggang = Awak
Dada = Kubab
Mata = Mato
kuku = sandep
kulit = Kulit
daging = Daging
darah = dada
lemak = lamektumit tumbit
dahi = abas
gigi = ipon
lidah = jila
susu = titi
bahu = likip
jenggot = jangkut
pantat = alu
Ubun-ubun = taub
kelingking = tengkikis
cambang = sambang
tunjuk = telunjuk
telapak tangan = telapak tendulu
hati = lengkayau
ulu hati = pusu
Jari tangan = Lenggagai tendulu
Kuku tangan = Lenggagai sandop
empedu = limpadu
tengkuk = ipus
pusat = pusod
Rambut = Abuk
Telinga = Telingo
Hidung = Adung
Pipi = Malo
Mulut = Kabang
Leher = Liog
Perut = Tinay
Tangan = Tendulu
Kaki = Tanog
kuku = Sandop
Paha = Apa
Lutut = Atut
Pinggang = Awak
Dada = Kubab
Mata = Mato
kuku = sandep
kulit = Kulit
daging = Daging
darah = dada
lemak = lamektumit tumbit
dahi = abas
gigi = ipon
lidah = jila
susu = titi
bahu = likip
jenggot = jangkut
pantat = alu
Ubun-ubun = taub
kelingking = tengkikis
cambang = sambang
tunjuk = telunjuk
telapak tangan = telapak tendulu
hati = lengkayau
ulu hati = pusu
Jari tangan = Lenggagai tendulu
Kuku tangan = Lenggagai sandop
empedu = limpadu
tengkuk = ipus
pusat = pusod
Wilayah penutur Bahasa Tidung
Penutur Bahasa Tidung pada umumnya terdapat diwilayah Kalimantan timur dan sabah malaysia. dari 13 Kabupaten dan kota yang ada di provinsi kalimantan timur ini. Penutur Bahasa Tidung terdapat pada tujuh Kabupaten di kaltim dan tiga kota di negeri sabah. Sepuluh daerah tersebut adalah,Kota Tarakan, Kab. Malinau, Kab. Bulungan, Kab. Nunukan, Kab. Tana Tidung, Kab. Berau, Kab. Kutai Kartanegara, Kota Tawau, Kota Sandakan dan Kota Lahad Datu.
[sunting]Peranan dan kedudukan Bahasa
Penutur Bahasa tidung, khususnya Tidung Tarakan adalah dwibahasa. Mereka berbahasa Tidung,tetapi juga dapat berbahasa Indonesia.Kedudukan Bahasa Tidung di dalam interaksi sosial, orang-orang tidung kelihatannya cukup kuat.Tidak ada kesan sikap rendah diri kalau mereka menggunakan bahasa Tidung baik di dalam percakapan ketika mereka sedang berbahasa lain,maupun dalam kesempatan berbicara dengan suku lain dalam bahasa Tidung. Mereka merasa bangga jika ada suku lain ikut berbicara bahasa Tidung atau mencoba-coba menggunakan bahasa tidung. Mereka pada umumnya dengan senang membetulkan kesalahan apabila seseorang yang bukan penutur asli bahasa Tidung mencoba berbahasa Tidung.
Suku Tidung semuanya menganut agama Islam. Mereka banyak bergaul dengan berbagai suku lain, Seperti orang bugis, Banjar, Jawa, Bulungan dan etnis Tionghoa. Oleh karena pergaulan ini, mereka pun banyak yang menguasai bahasa-bahasa suku itu. Akibat pergaulan ini, banyak terjadi peminjaman kata-kata daerah lain yang terserap kedalam bahasa Tidung. hal yang sama terjadi pula dalam bahasa Indonesia. Akibatnya adalah terjadinya interfensi bahasa lain, khususnya bahasa Indonesia kedalam bahasa Tidung.
[sunting]Variasi Dialektis
Bahasa tidung mempunyai beberapa dialek dan bahkan juga mempunyai subdialek. Selama ini telah ada beberapa pendapat tentang jumlah dialek bahasa Tidung ini, seperti pendapat Stort, Beech, dan Prentice. Stort(1958) menyebut adanya lima dialek bahasa Tidung yaitu dialek Tarakan, Sembakung,Penchangan, sedalir, dan Tidung sungai Sembakung. Beech (1908) mengidentifikasi empat dialek, yaitu Tidung Tarakan, Bulungan, nunukan dan Sembakung. sedangkan Prentice (1970)menyebut tiga kelompok bahasa Tidung, yaitu Tarakan, Tinggalan (Sembakung), dan Tanggara.
Sejauh mata dan pengamatan agaknya Bahasa Tidung itu dapat dibedakan menjadi dua dialek besar, yaitu dialek Tidung Sesayap dan dialek Tidung sembakung. Dialek Tidung Sesayap terdapat di sepanjang sungai sesayap dan pulau-pulau di muaranya seperti Pulau Tarakan, Pulau Bunyu dan pulau-pulau di Nunukan. Dialek Sembakung terdapat di sungai Sembakung sebelah utara sungai sesayap.
Dialek Sesayap meliputi Subdialek Sesayap, Malinaw dan Tarakan. Subdialek Malinaw umumnya terdapat didaerah hulu sungai sesayap yang meliputi Kabupaten Malinau dan Tideng Pale (Ibukota Kab. Tana Tidung). Subdialek Tarakan meliputi banyak lokasi pemukiman diantaranya pulau Tarakan, Salimbatu, Bebatu, Nunukan dan Pulau bunyu. Dialek Sembakung terdapat di Sembakung, Lumbis, Sebuku dan Tana Lia. Subdialek Tarakan dianggap dapat menjembatani subdialek lainnya, oleh karena itu disebut pula sebagai Tidung Tengara atau Tidung Tengah atau Penengah. Bahasa tidung dialek Tarakan memiliki ciri khas sendiri yakni tidak ditemukannya Fonem /C/. Kalaupun ada, kata itu pinjaman dan umumnya direalisasikan sebagai /S/.
[sunting]Tradisi Lisan atau tertulis
Dahulu pernah ada cerita tentang masyarakat Tidung yang tertulis, terutama yang berhubungan dengan riwayat para raja atau cerita kepahlawanan orang Tidung. akan tetapi, kini tulisan seperti itu tidak pernah ditemukan lagi. Yang masih hidup adalah cerita rakyat Tidung yang diwariskan secara lisan dari orang tua kepada anaknya. Beberapa cerita lisan rakyat Tidung itu, antara lain sebagai berikut :
- Asal-usul Orang Tidung Tengara
- Lasedne sinan pagun / Tenggelamnya kampung Jelutung
- Seludon Ibenayuk / Cerita Ibenayuk
- Si Benua dan Si Sumbing
- Seludon Yaki Yamus / Cerita Raja Empat Mata
- Seludon Batu Tinagad / Cerita Batu di tebang
- Yaki Balak / Aki Balak
[sunting]Huruf yang dipakai
Orang Tidung tidak mempunyai tradisi tulisan sendiri. Untuk keperluan tulis-menulis mereka menggunakan huruf arab melayu sebelum mengenal huruf latin seperti sekarang. Masyarakat Tidung menganut Agama Islam sekitar abad ke 18. Bersamaan dengan masuknya agama Islam, ikut pula masuk tradisi tulisan arab melayu itu
Kesultanan Sulu
Dikatakan Sultan Sulu yang bernama Sultan Salahuddin-Karamat atau Pangiran Bakhtiar telah berkahwin dengan seorang gadis Tionghoa yang berasal dari daerah Tirun (Tidung). Dan juga karena ingin mengamankan wilayah North-Borneo (Kini Sabah) selepas mendapat wilayah tersebut dari Sultan Brunei, seorang putera Sultan Salahuddin-Karamat iaitu Sultan Badaruddin-I juga telah memperisterikan seorang Puteri Tirun atau Tidung (isteri kedua) yang merupakan anak kepada pemerintah awal di wilayah Tidung. (Isteri pertama Sultan Badaruddin-I, dikatakan adalah gadis dariSoppeng, Sulawesi Selatan. Maka lahirlah Datu Lagasan yang kemudianya menjadi Sultan Sulu bergelar, Sultan Alimuddin-I ibni Sultan Badaruddin-I). Dari zuriat Sultan Alimuddin-I inilah dikatakan datangnya Keluarga Kiram dan Shakiraullah di Sulu.
Maka dari darah keturunan dari Puteri Tidung ini lah seorang putera bernama Datu Bantilan dan seorang puteri bernama Dayang Meria. Datu Bantilan kemudiannya menaiki takhta Kesultanan Sulu (menggantikan abangnya Sultan Alimuddin-I) pada tahun sekitar 1748, bergelar Sultan Bantilan Muizzuddin. Adindanya Dayang Meria dikatakan berkahwin dengan seorang pedagang Tionghoa, dan kemudiannya melahirkan Datu Teteng atau Datu Tating. Dan dari zuriat Sultan Bantilan Muizzuddin inilah datangnya Keluarga Maharajah Adinda, yang kini merupakan"Pewaris Sebenar" kepada Kesultanan Sulu mengikut Sistem Protokol Kesultanan yang dipanggil "Tartib Sulu".
Dikatakan juga pewaris sebenar itu bergelar, Duli Yang Maha Mulia (DYMM) Sultan Aliuddin Haddis Pabila (Wafat pada 30.06.2007 di Kudat, Sabah). Dan juga dinyatakan bahawa 'Putera Mahkota' kesultanan Sulu kini adalah putera bongsu kepada DYMM Sultan Aliuddin yang bernama Duli Yang Teramat Mulia (DYTM) Datu Ali Aman atau digelar juga sebagai "Raja Bongsu-II" (*Gelaran ini mungkin mengambil sempena nama moyang mereka yang bernama Raja Bongsu atau Pengiran Shahbandar Maharajalela, yang merupakan putera-bongsu kepada Sultan Muhammad Hassan dari Brunei. Dikatakan Raja Bongsu ini telah dihantar ke Sulu menjadi Sultan Sulu menggantikan pamannya Sultan Batarasah Tengah ibnu Sultan Buddiman Ul-Halim yang tiada putera. Ibu Raja Bongsu ini adalah puteri kepada Sultan Pangiran Buddiman Ul-Halim yang berkahwin dengan Sultan Muhammad Hassan).
Adat Istiadat Suku Kaum Tidung.
Isnin,12 Disember 2011
Iraw Tengkayu 2011
Padaw Tuju Dulung (Tujuh Haluan) adalah merupakan sebuah perahu dengan bentuk yang khas, yang mana di atas perahu tersebut ditempatkan sesaji yang dihaturkan. Bentuk haluan perahu bercabang tiga. Haluan yang tengah bersusun tiga, haluan yang kanan dan kiri masing-masing bersusun dua, maka terdapat tujuh haluan yang bermaksudkan jumlah hari dalam seminggu dimana kehidupan manusia berlangsung dari hari dan seterusnya.
Warna perahu terdiri dari kuning, hijau dan merah. Haluan perahu yang teratas (ditengah) dan perlengkapan lainnya di atas berwarna kuning, yang mana kuning menurut tradisi budaya Suku Tidung adalah perlambang suatu kehormatan atau suatu yang ditinggikan dan dimulyakan. Hanya satu haluan yang berwana kuning bermaksud bahwa hanya satu penguasa tertinggi alam semesta yaitu Yang Maha Kuasa Allah SWT Sang Maha Pencipta. Di atas perahu terdapat lima buah tiang yang melambangkan sholat lima waktu yang merupakan tiang Agama Islam. Guna tiang-tiang tesebut adalah tempat mengikatkan atap dari kain berwarna kuning yang disebut PARI-PARI. Pada tiang kanan depan terpasang kain kuning ke haluan kanan, demikian pula pada tiang kiri depan memanjang turun ke haluan kiri.
SABTU, 12 DESEMBER 2009
GURINDAM IRAW TENGKAYU
Ramailah ramai orang berkunjung ke pantai amal
Riuh rendah suara-suara
Iraw Tengkayu ditunaikan disana
Pesta adat lama, kiasan penawar nestapa
Figure titisan refleksi seni budaya Tidung klasik, kian mengorbit.
Padaw tuju dulung telah di arak
Menuju lautan anatara Tarakan – Bunyu
Hadrah Rebana didendangkan pula
Dihiasi semarak bendera, yang beraneka warna.
Angin semilir dan deburan ombak
Menerpa dan gemercik menimpa diri
Pamuka Adat, para pengawal dan segala atributnya
Kelautan itulah, Padaw Tuju Dulung dilepas sudah.
Tarakan 19 April 2003
Akbarsyah MDJ Mahazan
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(All Right Reserved)
JUMAaT, 18 SEPTEMBER 2009
GURINDAM PULAU TARAKAN
Tanah Tidung, Pulau Tarakan dilingkari lautan tenang , muara aliran sungai-sungai.
Disanalah orang ramai berjumpa, datang dan pergi mencari nafkah ridha Illahi.
Engkau menyimpan aneka kenangan, setiap insani yang menginjakimu.
Tanah betuah pusaka Tidung, jasamu dinikmati berbilang kaum.
Hasrat hati ingin beramal menjunjungmu apakah mungkin dapat tergapai ?
Tanah Tidung, Pulau Tarakan, bumi dan laut menyimpan mutiara permata.
Kemilau cahayanya menjadi pemikat, telah memancar kesegala penjuru.
Engkau dijamah berbilang kaum mengisap sari madu yang engkau kandung.
Nikmat dan berkah telah engkau pasrahkan, pada insani yang membujuk dan merayu.
Hasrat hati ingin beramal menjunjungmu, apakah mungkin boleh berjaya ?
Semarak Tanah Tidung, Pulau Tarakan, sejak lama telah termahsyur.
Riwayatmu kini telah tercatat dalam sejarah, engkau bersaksi, engkau memberi.
Pahit getir peristiwa yang dialami, jasamu jualah yang telah tertabur, pada setiap insani yang telah menginjak, menjamah bahkan yang memerasmu sekalipun.
Hasrat hati ingin berkhidmat, apakah mungkin boleh berjaya ?
Insya Allah bukanlah hanya renungan semata, tanpa makna
Renung dan fikit itu pelita hati
Tarakan 19 April 2003
Akbarsyah MDJ Mahazan
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(All Right Reserved)
Disanalah orang ramai berjumpa, datang dan pergi mencari nafkah ridha Illahi.
Engkau menyimpan aneka kenangan, setiap insani yang menginjakimu.
Tanah betuah pusaka Tidung, jasamu dinikmati berbilang kaum.
Hasrat hati ingin beramal menjunjungmu apakah mungkin dapat tergapai ?
Tanah Tidung, Pulau Tarakan, bumi dan laut menyimpan mutiara permata.
Kemilau cahayanya menjadi pemikat, telah memancar kesegala penjuru.
Engkau dijamah berbilang kaum mengisap sari madu yang engkau kandung.
Nikmat dan berkah telah engkau pasrahkan, pada insani yang membujuk dan merayu.
Hasrat hati ingin beramal menjunjungmu, apakah mungkin boleh berjaya ?
Semarak Tanah Tidung, Pulau Tarakan, sejak lama telah termahsyur.
Riwayatmu kini telah tercatat dalam sejarah, engkau bersaksi, engkau memberi.
Pahit getir peristiwa yang dialami, jasamu jualah yang telah tertabur, pada setiap insani yang telah menginjak, menjamah bahkan yang memerasmu sekalipun.
Hasrat hati ingin berkhidmat, apakah mungkin boleh berjaya ?
Insya Allah bukanlah hanya renungan semata, tanpa makna
Renung dan fikit itu pelita hati
Tarakan 19 April 2003
Akbarsyah MDJ Mahazan
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(All Right Reserved)
dikutif dari BukuKerajaan Tidung Suatu Kenangan
Karya Akbarsyah MDJ Mahazan
Karya Akbarsyah MDJ Mahazan
Antara jenis pakaian Tradisional Suku kaum Tidung.
kenapa nama" raja tidung malinau negak ada?
BalasPadamthankss nhi sngat membantu sya untk lbh dalam meengenal tradisi suku sya sndiri yt suku tidung
BalasPadam